Minggu, 05 Januari 2020

pengujian uji daya hambat (uji potensial) pada sabun pure baby

LAPORAN PRAKTIKUM
MIKROBIOLOGI



UJI POTENSI SENYAWA ANTIMIKROBA
SECARA DIFUSI SUMURAN DAN EKSTRAK PEPAYA
Disusun oleh :
Tiara Rachmawati
Shindy Nasya
Windy Rachmadani
Lovina Lumban Gaol
Fadhiil Hisyam Putra
Siti Munawaroh






LABORATORIUM MIKROBIOLOGI
AKADEMI FARMASI SURABAYA
SURABAYA
2018
BAB I
PENDAHULUAN

Latar Belakang
Antibakteri atau antimikroba adalah bahan yang dapat membunuh atau menghambat aktivitas mikroorganisme dengan berbagai macam cara. Senyawa antimikroba terdiri atas beberapa kelompok berdasarkan mekanisme daya kerjanya atau tujuan penggunaan tujuannya. Bahan antimikroba dapat secara fisik atau kimia berdasarkan peruntukannya dapat berupa desinfektan, antiseptik, sterillizer.
Antibiotika pertama kali ditemukan oleh Alexander Fleming pada tahun 1929, yang secara kebetulan menemukan suatu zat antibakteri yang sangat efektif yaitu penisillin. Penesillin ini pertama kali dipakai oleh ilmu kedokteran tahun 1939.  Antibiotik merupakan suatu bahan kimia yang dikeluarkan oleh renik/hasil sintesis semisintesis yang mempunyai struktur yang sama dan zat ini dapat merintangi/ memusnakan jasad renik lainnya.
Antibiotik yang efektif bagi banyak spesies bakteri, baik kokus, basil, spiral, dikatakan mempunyai sprektrum luas. Sebaliknya suatu antibiotik yang hanya efektif untuk spesies tertentu atu sprektrum sempit. Penisillin hanya efektif untuk memberantas terutama jenis kokus oleh karena itu penisillin dikatakan sprektrum sempit. Tetrasiklin efektif bagi kokus, basil dan jenis spiral tertentu. Oleh karena itu tetrasiklin dikatakan mempunyai sprektum luas. Dalam hal ini praktikum perlu dilakukan agar lebih memahami senyawa yang bagaimana yang bisa dijadikan agen antri mikroba.
II. Rumusan Masalah
Perbedaan antara difusi sumuran dan ekstrak pepaya ?
Apa fungsi dari kontrol kombinasi media, kontrol pertumbuhan mikroba uji dan kontrol negatif/pelarut ?
III. Tujuan
1. Mengetahui perbedaan antara difusi paper disk dan sumuran
2. Mengetahui fungsi dari kontrol kombinasi media, kontrol pertumbuhan mikroba uji dan kontrol negatif/pelarut

III. Manfaat
Mahasiswa mampu membedakan metode antara difusi paper disk dan sumuran
Mahasiswa mengetahui fungsi dari kontrol kombinasi media, kontrol pertumbuhan mikroba uji dan kontrol negatif/pelarut
























BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

Antibiotika adalah snyawa kimia yang dihasilkan atau diturunkan oleh organisme hidup, termasuk struktur analognya yang dibuat secara sintetik yang dalam kadar rendah mampu menghambat prroses penting dalam kehidupan satu spesies atau lebih mikroorganisme. Pada awalnya antibiotik diisolasi dari mikroorganisme, tetapi beberapa antibiotik telah didapatkan dari tanaman (Soekardjo,1995).
Antibiotika pertama kali ditemukan oleh Alexander Fleming pada tahun 1929, yang secara kebetulan menemukan suatu zat antibakteri yang sangat efektif yaitu penisillin. Penesillin ini pertama kali dipakai oleh ilmu kedokteran tahun 1939.  Antibiotik merupakan suatu bahan kimia yang dikeluarkan oleh renik/hasil sintesis semisintesis yang mempunyai struktur yang sama dan zat ini dapat merintangi/ memusnakan jasad renik lainnya (Widjajanti, 1996).
Antibiotik yang efektif bagi banyak spesies bakteri, baik kokus, basil, spiral, dikatakan mempunyai sprektrum luas. Sebaliknya suatu antibiotik yang hanya efektif untuk spesies tertentu atu sprektrum sempit. Penisillin hanya efektif untuk memberantas terutama jenis kokus oleh karena itu penisillin dikatakan sprektrum sempit. Tetrasiklin efektif bagi kokus, basil dan jenis spiral tertentu. Oleh karena itu tetrasiklin dikatakan mempunyai sprektum luas. Dalam hal ini praktikum perlu dilakukan (Dwidjoseputro, 2003).
Antimikroba adalah senyawa biologis atau kimia yang dapat mengganggu pertumbuhan dan aktivitas mikroba, terutama mikroba perusak atau pembusuk makanan. Zat mikroba dapat bersifat bakterisidal (membunuh bakteri), bakteristatik (menghambat pertumbuhan bakteri), fungisidal (membunuh kapang), fungistatik (menghambat pertumbuhan kapang), atau germisidal (germinasi spora bakteri). Keefektifan penghambatan merupakan salah satu kriteria pemilihan suatu senyawa antimikroba. Semakin kuat penghambatannya semakin efektif digunakan. Kerusakan yang ditimbulkan komponen antimokroba bersifat mikrosidal (kerusakan tetap) atau mikrostatik (kerusakan sementara yang dapat kembali). Suatu komponen akan bersifat mikrosidal atau mikrostatik tergantung pada konsentrasi dan kultur yang digunakan. Mekanisme penghambatan mikroorganisme oleh senyawa antimikroba dapat disebabkan ileh bebrapa faktor diantaranya gangguan pada senyawa penyusun dinssing sel, peningkatan permeabilitas membran sel yang dapat menyebabkan kehilangan komponen penyusun sel.(Akhanggit,2010).
Bacillus subtillis adalah bakteri penyebab utama terjadinya infeksi kepada oarang-orang yang memiliki ketahanan tubuh dalam kondisi terganggu. Bakteri ini banyak sekali tersebar ddi alam. Bakteri ini membawa banyak kerugian karena bakteri ini pemicu terjadinya infeksi nosokomial adalah infeksi yang diterima seorang pasien yang di rumah sakit yang sudah dirawat 72 jam lamanya. Bacillus subtillis bakteri gram positif ditemukan dalam tanah dan saluran pencernaan manusia.
Metode difusi merupakan salah satu metode yang sering digunakan untuk menguji aktivitas antrimikroba, metode difusi dapat dilakukan oleh 3 cara yaitu metode silinder, metode difusi sumuran (lubang) dan cakram kertas. Metode silinder yaitu meletakkan bebrapa silinder yang telah dibuat dari gelas atau besi bahan karat diatas media agar yang telah diinokulasi dengan bakteri. Tiap silinder ditempatkan hingga berdiri diatas media agar diisi dengan larutan yang akan diuji dan diinkubasi. Setelah diinkubasi pertumbuhan bakteri diamati untuk melihat ada tidaknya daerah hambatan di sekeliling silender (Dwidjoseputro, 2003). Metode difusi sumuran yaitu membuat lubang pada agar padat yang telah diinokulasi dengan bakteri. Jumlah dan letak lubang disesuaikan dengan tujuan penelitian, kemudian lubang diinjeksikan dengan ekstrak yang akan diuji. Setelah dilakukan inkubasi, pertumbuhan bakteri diamati untuk melihat ada tidaknya daerah hambatan di sekeliling lubang. Metode difusi cakram prinsip kerjanya adalah bahan uji dijenuhkan ke dalam kertas cakram (cakram kertas). Cakram kertas yang mengandung bahan tertentu ditanam pada media perbenihan agar padat yang telah dicampur dengan mikroba yang diuji, kemudian diinkubasikan 350C selama 18-24 jam. Area (zona) jernih disekitar cakram kertas diamati untuk menunjukkan ada tidaknya pertumbuhan mikroba. Selama inkubasi, bahan uji berdifusi dari kertas cakram ke dalam agar-agar itu, sebuah zona inhibisi dengan demikian akan terbentuk. Diameter zona sebanding dengan jumlah bahan uji yang ditambahkan ke kertas cakram. Metode ini secara rutin digunakan untuk menguji sensitivitas antibiotik untuk bakteri patogen.
Kontrol kontaminan berfungsi untuk mencegah timbulnya kerusakan ataupun penurunan kinerja yang disebabkan oleh kontaminan. Kontrol pertumbuhan mikroba uji berfungsi untuk mencegah penyebaran penyakit dan infeksi, membasmi mikroorganisme pada inangnya yang terinfeksi dan mencegah pembusukan dan pengrusakan bahan oleh mikroorganisme. Kontrol negatif berfungsi untuk mengetahui ada tidaknya pengaruh pelarut terhadap pertumbuhan bakteri sehingga dapat diketahui bahwa yang mempunyai aktivitas antibakteri adalah zat uji bukan pelarut.




BAB III
METODOLOGI PENELITIAN

Alat

Erlenmeyer
Pipet ukur
Gelas ukur
Mikropipet
Jangka sorong
Jarum ose
Spidol
Kertas label
Spreader

Bahan
NA (Nutrient Agar)
Aquadest Steril
Alkohol stearil
Bacillus subtilis









Metode
1. Pembuatan NA
Menimbang NA sebanyak 1,2 g. 
Dilarutkan dengan aqiadest sebanyak 60 ml .
Dimasukkan ke dalam erlenmeyer diaduk ad homogen di atas kompor.
Setelah larut mulut lubang erlenmeyer ditutup dengan sumbat dan ditutup dengan kertas perkamen lalu diikat.
Dimasukkan ke autoclave.
Setelah selesai, menyiapakan cawan petri, pipet ukur, bladder.
Lalu NA dimasukkan ke dalam cawan petri masing masing cawan petri berisi 15 ml NA. Setelah dingin lalu pinggir mulut cawan petri dibungkus dengan plastik wrap,
diinkubasi.
Setelah di inkubasi di spreader dengan bakteri bacillus subtillis
2.Pembuatan SDA
Menimbang SDA sebanyak  0,6 g 
Dilarutkan dengan aqiadest sebanyak 30 ml
Dimasukkan ke dalam erlenmeyer diaduk ad homogen di atas kompor.
Setelah larut mulut lubang erlenmeyer ditutup dengan sumbat dan ditutup dengan kertas perkamen lalu diikat.
Dimasukkan ke autoclave.
Setelah selesai, menyiapakan cawan petri, pipet ukur, bladder.
Lalu SDA  dimasukkan ke dalam cawan petri masing masing cawan petri berisi 15 ml SDA.
Setelah dingin lalu pinggir mulut cawan petri dibungkus dengan plastik wrap,
diinkubasi.
Setelah di inkubasi di spreader dengan bakteri bacillus subtillis.
3. Pembuatan  Lubang  Sumuran
Menyiapkan  4 cawan petri berisi 15 ml media NA.
Secara aseptis buka cawan petri buatlah sumuran pada petri (1) dengan pelobang gabung  no 4.
Ambil bulatan NA pada sumur yang dibuat dengan kawat ose secara hati-hati. Masukkan bulatan tersebut ke dalam beaker glass yang berisi alkohol.
Beri label pada dasar petri.

4.Analisis  Daya  Hambat  (Biasa)
Pipet masing-masing sampel sebanyak 30µl (dengan bantuan mikropipet).
Injeksikan ke dalam lubang sumuran yang telah dibuat dan inkubasikan selama 24 jam. Amati zona keruh dan zona jernih disetiap petri.
Amati gambar pertumbuhannya dan  ukur diameter zona jernih di sekitar sumuran dengan jangka sorong.






















BAB IV
PEMBAHASAN

Pada metode difusi, penentuan aktivitas didasarkan pada kemampuan difusi dari zat antimikroba dalam lempeng agar yang telah diinokulasikan dengan mikroba uji. Hasil pengamatan yang akan diperoleh berupa ada tidaknya zona hambat yang akan terbentuk disekeliling zat antimikroba pada waktu tertentu masa inkubasi. Pada metode ini dapat dilakukan secara paper disk dan secara sumuran. Metode Paper disk (cakram) Metode difusi secara paper disk merupakan cara yang paling sering digunakan untuk menetukan kepekaan kuman terhadap berbagai macam obat-obatan. Pada metode ini, digunakan suatu cakram kertas saring (paper disk) yang berfungsi sebagai tempat menampung zat antimikroba. Kertas saring tersebut kemudian diletakkan pada lempeng agar yang telah diinokulasi mikroba uji, kemudian diinkubasi pada waktu tertentu dan suhu tertentu, sesuai dengan kondisi optimum dari mikroba uji. Pada umumnya, hasil yang di dapat bisa diamati setelah diinkubasi selama 18-24 jam dengan suhu 37°C. Hasil pengamatan yang diperolehberupa ada tidaknya daerah bening yang terbentuk disekeliling kertas cakram yang menunjukkan zona hambat pada pertumbuhan bakteri. Menurut (Rahmi et al., 2013) berikut tabel efektifitas suatu zat antibakteri:
Tabel kategori potensi antibakteri (Diffusion Test)
Kategori
Rentang
Sangat kuat
>20 mm
Kuat
11-20 mm
Sedang
  8-11 mm
Rendah
<8 mm

Metode cakram disk ini memiliki kelebihan dan kekurangan. Kelebihnnya adalah mudah dilakukan, tidak memerlukan peralatan khusus dan relatif murah. Sedangkan kelemahannya adalah ukuran zona bening yang terbentuk tergantung oleh kondisi inkubasi, inokulum, predifusi, dan preinkubasi serta ketebalan medium. Apabila keempat faktor tersebut tidak sesuai maka hasil dari metode cakram disk ini biasanya sulit untuk diintepretasikan. Selain itu, metode paper disk ini tidak dapat diaplikasikan pada mikroorganisme yang bersifat anaerob obligat.
Metode difusi sumuran yaitu membuat lubang pada agar padat yang telah diinokulasi dengan bakteri. Jumlah dan letak lubang disesuaikan dengan tujuan penelitian, kemudian lubang diinjeksikan dengan ekstrak yang akan diuji. Setelah dilakukan inkubasi, pertumbuhan bakteri diamati untuk melihat ada tidaknya daerah hambatan di sekeliling lubang.
Pada praktikum ini dilakukan pengamatan pada 4 cawan petri, 2 petri untuk paper disk dan 2 petri untuk sumuran. Pada praktikum ini digunakan sampel ekstrak daun pepaya. Dari ke 2 cawan sumuran tersebut dapat diketahui sampel tidak bisa diamati zona hambatnya dikatenakan konsentrasi dari ektrak daun pepaya terlalu pekat.














BAB V
KESIMPULAN
Berdasarkan praktikum yang telah dilakukan tidak dapat disimpulkan dikarenakan tidak dapat diukur zona hambat yang terjadi karena penaambahan ekstrak terlalu pekat. Perlu pengenceran ekstrak yang benar agar dapat mengetahui zona hambat yang terbentuk pada setiap cawan petri.


















DAFTAR PUSTAKA
Muhammad S N, 2010., Hubungan Pola Kuman dan Penggunaan Antibiotik Aminoglikosida di RSUD Dr. Moerwardi Surakarta, Fakultas Kedokteran, Universitas Sebelas Maret, Surakarta, diakses tanggal 26 Desember 2018.
Mulyana Yanti, 2007, Sensitivitas Salmonella Sp. Penyebab Demam Tifoid Terhadap Beberapa Antibiotik Di Rumah Sakit Immanuel Bandung, diakses tanggal 26 Desember 2018.
Dwidjoseputro, 2003, Dasar-dasar Mikrobiologi, Djambatan, Jakarta.

Soekardjo, B., 1995. Kimia Medisinal, Airlangga UniversitasPress, Jakarta.
Widjajanti, U, Nuraini., 1996, Obat-Obatan, Kanisus, Yogyakarta.
Akhanggit,2010.PengujianAktifitasAntibakteri( HYPERLINK "http://akhanggit.wordpress.com/2010/07/05/pengujian-aktifitas-antibakteri/" http://akhanggit.wordpress.com/2010/07/05/pengujian-aktifitas-antibakteri/) Diakses pada tanggal 26 Desember 2013.

PENGAMATAN KAPANG



LAPORAN PRAKTIKUM MIKROBIOLOGI
PENGAMATAN KAPANG

https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhJZ_aNXjhWceUzChsAWt1VgbpuW3TJn0Ro16VRuew8yXfV5zsj_r4STdhWfCIQmOVcvFr0JHhkR-pvFsRMl0p9_1fDstNtMYcrQHf5cAcxH6mcLjFoAnyPFPq9cEtU2DwwEuXFelA0yvVA/s200/IMG-20181115-WA0004.jpg



                Nama Anggota Kelompok :

                Tiara Rachmawati
1351810317
                 Lovina Lumban Gaol
1351810337
                 Windy Rachmadani
1351810348
                 Fadhiil Hisyam Putra
1351810352
                 Shindy Nasya Azhari
1351810355
                 Siti Munawaroh
1351810364






BAB 1
PENDAHULUAN

     1.1 Latar Belakang
                Kapang adalah mikroorganisme yang termasuk dalam anggota Kingdom Fungi yang membentuk hifa. Kapang bukan merupakan kelompok taksonomi yang resmi, sehingga anggota-anggota dari kapang tersebar ke dalam filum Glomeromycota, Ascomycota, dan Basidiomycota. Selain kapang, organisme lainnya yangtergolong ke dalam fungi dan penting dalam mikrobiologi pangan adalah khamir dan jamu 
Fungi (jamur) merupakan organisme eukariot yang memiliki dinding sel yang tersusun dari kitin dan memiliki nukleat yang banyak. Fungi bersifat kemoorganotrof, karena mendapatkan nutrisi dengan cara mensekresikan enzim ekstraselular yang dapat mencerna senyawa organik kompleks seperti polisakarida dan protein menjadi penyusun monomer, dan kemudian diserap ke dalam sel fungi (Madigan, 2009).
Fungi berbeda dengan tanaman, diantara perbedaannya adalah: (1) Tidak berklorofil; (2) Komposisi dinding sel berbeda, (3) Reproduksi dengan spora, (4) Tidak ada batang, cabang, akar atau daun; (5) Tidak mempunyai system vaskular seperti tanaman; (6) Multiseluler namun tidak mempunyai pembagian fungsi seperti tanaman (Pelczar, 2005).
Fungi berperan di ekosistem sebagai decomposer, hidup dengan mencerna materi organic dari sisa-sisa makhluk hidup seperti sampah daun, kayu tumbang serta jasad organisme yang sudah mati.Fungi juga bisa berperan sebagai parasit, hidup dengan menyerap nutrient dari sel hidup dari organism inang yang mereka serang (Madigan, 2009).
 Fungi memiliki habitat yang beragam. Beberapa fungi akuatik, sebagian besar hidup di perairan tawar, ada juga yang hidup di perairan laut.Sebagian besar dari fungi bersifat terrestrial.Mereka hidup di tanah atau tumbuhan yang sudah mati dan memainkan peran yang sangat penting dalam mengurai materi organik.Sebagian besar fungi ada juga yang menjadi parasit bagi tumbuhan, sebagian kecil menjadi agen penyakit bagi hewan. Fungi bukan hanya menjadi parasit bagi tanaman, ada juga yang bersimbiosis dengan akar tanaman, membantunya dalam proses penyerapan mineral dari tanah (Madigan, 2009).
 Fungi berkembangbiak secara vegetatif dan generatif dengan berbagai macam spora. Macam spora yang terjadi secara vegetatif ialah: (1) Spora biasa yang terjadi karena protoplasma dalam suatu sel tertentu berkelompok kecil-kecil, masing-masing mempunyai membran inti sendiri; (2) Konidiospora, yaitu spora yang terjadi karena ujung suatu hifa berbelah-belah seperti tasbih; (3) Pada beberapa spesies, bagian-bagian miselium dapat membesar serta berdinding tebal; bagian itu merupakan alat pembiak yang disebut klamidiospora; (4) Jika bagian miselium-miselium itu tidak menjadi lebih besar daripada aslinya, maka bagian-bagian itu disebut artrospora (Natsir, 2003). Secara umum fungi dapat dibagi menjadi dua kelompok  berdasarkan atas tipe selnya yaitu,fungi bersifat uniselluler yang biasa disebut khamir dan fungi bersifat multiselluler yang biasa disebut kapang (Pelczar, 2005)                          
 1.2  Rumusan Masalah
1. Apa itu Kapang?                                       
2.  Apa saja jenis-jenis Kapang?
3.  Apa kerusakan yang di sebabkan oleh Kapang?
     4.  Bagaimana reproduksi Kapang?
     1.3  Tujuan
      1.      Untuk mengetahui pengertian dari kapang.
      2.      Untuk mengetahui apa saja jenis-jenis kapang.
     3.      Untuk mengetahui sifat-sifat beberapa jenis kapang.
   4.      Untuk mengetahui apa saja kerusakan yang di sebabkan oleh kapang.
   5.      Untuk mengetahui bagaimana reproduksi yang terjadi pada kapang.

  1.4  Manfaat
  Pada praktikum ini mahasiswa dapat mengetahui  metode identifikasi atau pengamatan kapang.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
 Fungi (jamur) merupakan organisme eukariot yang memiliki dinding sel yang tersusun dari kitin dan memiliki nukleat yang banyak. Fungi bersifat kemoorganotrof, karena mendapatkan nutrisi dengan cara mensekresikan enzim ekstraselular yang dapat mencerna senyawa organik kompleks seperti polisakarida dan protein menjadi penyusun monomer, dan kemudian diserap ke dalam sel fungi (Madigan, 2009).
Fungi ada yang bersifat parasit dan ada pula bersifat saprofit. Parasit apabila dalam memenuhi kebutuhan makanannya dengan mengambil dari benda hidup yang ditumpanginya. Sedangkan bersifat saprofit apabila memperoleh makanan dari benda mati dan tidak merugikan benda itu sendiri. Fungi mensintesis protein dengan mengambil sumber karbon dan karbohodrat (misalnya glukosa, sukrosa atau maltosa)., sumber nitrogen dari bahan organik atau anorganik, dan mineral dari substratnya . ada juga beberapa fungi yang dapat mensintesis vitamin-vitamin yang dibutuhkan untuk pertumbuhan dan perkembangbiakan sendiri. Tetapi ada juga yang tidak dapat mensintesis sendiri, sehingga harus mendapatkan dari substrat, misalkan thaimin dan biotin (Waluyo,2007).
Secara umum fungi dapat dibagi menjadi dua kelompok  berdasarkan atas tipe selnya yaitu,fungi bersifat uniselluler yang biasa disebut khamir dan fungi bersifat multiselluler yang biasa disebut kapang (Pelczar, 2005)
2.1. kapang
Kapang atau jamur termasuk golongan Eymycetes atau fungi sejati yang terdiri atas empat kelas, yaitu Phycomycetes, Asomycetes,Basidiomycetes, dan Deuteromycetes. Identifikasi kapang atau jamur dapat dilakukan berdasarkan atas sifat-sifat morfologinya. Berdasarkan atas pengamatan secara mikroskopik, maka kapang atau jamur dapat ditentukan sampai genusnya atau kadang-kadang dapat ditentukan sampai spesiesnya ( Natsir, 2008)
Kapang adalah sekelompok mikroba yang tergolong dalam fungi dengan ciri khas memiliki filamen (miselium). Kapang termasuk mikroba yang penting dalam mikrobiologi pangan karena selain berperan penting dalam industri makanan, kapang juga banyak menjadi penyebab kerusakan pangan. Kapang adalah fungi multiseluler yang mempunyai filamen dan pertumbuhannya pada makanan mudah dilihat karena penampakannya yang berserabut seperti kapas. Pertumbuhannya mula-mula akan berwarna putih, tetapi jika spora telah timbul akan terbentuk berbagai warna tergantung dari jenis kapang.(Waluyo, 2007)
2.2. Rhizopus
Rhizopus sering disebut kapang roti karena sering tumbuh dan menyebabkan kerusakan pada roti. Selain itu kapang ini juga sering tumbuh pada sayuran dan buah-buahan. Spesies Rhizopus yang sering tumbuh pada roti adalah R. stolonifer dan R.nigricans. selain merusak makanan, beberapa spesies Rhizopus juga digunakan dalam pembuatan beberapa makanan fermentasi tradisional, misal R. oligosporus dan R. oryzae yang digunakan dalam fermentasi berbagai macam tempe dan oncom hitam.
Ciri-ciri spesifik Rhizopus adalah :
a.    Hifa nonseptat
b.    Mempunyai stolon dan rhizoid yang warnanya gelap jika sudah tua
c.    Sporangiofora tumbuh pada noda dimana terbentuk juga rhizoid
d.   Sporangia biasanya besar dan berwarna hitam
e.     Kolumela agak bulat dan apofisis berbentuk seperti cangkir
f.     Tidak mempunyai sporangiola 
g.    Membentuk hifa vegetative yang melakukan penetrasi pada substrat dan hifa fertil yang  memproduksi sporangia pada ujung sporangiofor
 h.    Pertumbuhannya cepat membentuk miselium seperti kapas
2.3. Aspergillus
Kapang ini tumbuh baik pada substrat dengan konsentrasi gula dan garam tinggi, oleh karena itu dapat tumbuh pada makanan dengan kadar air rendah. Grup ini mempunyai konidia berwarna hijau, dan membentuk askospora yang terdapat didalam aski perithesia berwarna kuning sampai merah. Grup A. niger mempunyai kepala pembawa konidia yang besar yang dipak secara padat, bulat dan berwarna hitam, coklat hitam atau ungu coklat. Konidianya kasar dan mengandung pigmen. Grup A. flavus-oryzae termasuk spesies yang penting dalam fermentasi beberapa makanan tradisional dan untuk memproduksi enzim, tetapi kapang dalam grup ini sering menyebabkan kerusakan makanan. A. oryzae digunakan dalam fermentasi tahap pertama dalam pembuatan kecap dan tauco. Konidia dalam grup ini berwarna kuning sampai hijau, dan mungkin membentuk sklerotia.
Ciri-ciri spesifik Aspergillus adalah :
a.    Hifa septat dan miselium bercabang, biasanya tidak berwarna, yang terdapat dibawah permukaan merupakan hifa vegetatif sedangkan yang muncul diatas permukaan adalah hifa fertil.
b.    Koloni kelompok
c.    Konidiofora septat dan nonseptat, muncul dari “foot cell” (yaitu sel miselium yang bengkak dan berdinding tebal)
d.   Konidiofora membengkak menjadi vesikel pada ujungnya, membawa sterigmata dimana tumbuh konidia
e.    Sterigmata atau fialida biasanya sederhana berwarna atau tidak berwarna
f.     Konidia membentuk rantai yang berwarna hijau, coklat atau hita
  g.    Beberapa spesies tumbuh baik pada suhu 370 C atau lebih
BAB III
METODE PENELITIAN 

3.1 Waktu dan Tempat
Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Praktikum Mikrobiologi Akademi Farmasi Surabaya, pada hari Selasa, 29 Oktober 2019 pukul 08.00-11.20 WIB.
3.2 Alat:
1.Masker
2. Sarung tangan
3. Bunsen
4.  Rak tabung reaksi
5. Korek api
6. Kapas
7. Semprotan alkohol
8. Mikroskop
9.  Cawan petri
10. Objek glass

BAB IV
PEMBAHASAN
Pada praktikum mikrobiologi kali ini adalah pemeriksaan morfologi pada kapang dan khamir. Seperti yang di rujuk pada tinjauan pustaka pengertian dari kapang adalah  sekelompok mikroba yang tergolong dalam fungi dengan ciri khas memiliki filamen (miselium). Sedangkan pengertian dari khamir adalah fungi bersel satu yang mikroskopik, beberapa genara adalah yang membentuk miselium dengan percabangan.
Sampel yang digunakan adalah tempe, roti dan air tape, pemilihan bahan tersebut bertujuan untuk mempermudah pencarian bahan, kapang mudah dilihat karena penampangnya yang berserabut seperti kapas pada awal kemudian jika spora telah timbul akan terbentuk warna sesuaijenis kapangnya,   bahan mudah mengalami pembusukan, mempermudah identifikasi jamur/fungi, dan harga terjangkau.
Dalam melakukan praktikum ini praktikan diharapkan menggunakan masker ,  sarung tangan,  membersihkan area meja  dengan alkohol, dan memfiksasi preparat serta pisau pemotong pada lidah api bunsen, hal ini bertujuan untuk mensterilkan tempat praktek dan mengurangi kontaminasi terhadap sampel.





BAB V
KESIMPULAN
4.1 kesimpulan
  1. Pengamatan di lakukan dengan menggunakan preparat sederhana
  2. Mikrobiologi dari golongan kapang yang di temukan adalah rhizopus sp pada tempe,aspergillus pada roti sedangkan dari golongan kamir microbiologi yang di dapat adalah Saccharomyces cerevisiae
        4.2 Saran
Sebaiknya untuk praktikan kedepannya diharap semua dapatmengetahui dan menguasai hal-hal
yang harus di perhatikan dalam setiap praktikum serta semua cara kerja dalam memulai praktikum.

Daftar Pustaka
Michael, T. Madigan. et al. (2009). Biology of Microorganisms. 12 th ed
Pelczar, M. J. dan Chan, E. C. S., 2005, “Dasar-dasar Mikrobiologi 1”, Alih bahasa: Hadioetomo, R. S., Imas ...
Dwidjoseputro, D.1994. Dasar – Dasar Mikrobiologi. Djambatan : Jakarta
L Waluyo. Malang: UMM Press, 2008 ... Cetakan Pertama, UMM Pres, Malang, 2008 ... L Waluyo. Penerbit Universitas Muhammadiyah Malang. Malang, 2007.









Sabtu, 04 Januari 2020

STERILISASI DAN PEMBUATAN MEDIA



LAPORAN PRAKTIKUM MIKROBIOLOGI
STERILISASI DAN PEMBUATAN MEDIA









                Nama Anggota Kelompok :


                Tiara Rachmawati
1351810317
                 Lovina Lumban Gaol
1351810337
                 Windy Rachmadani
1351810348
                 Fadhiil Hisyam Putra
1351810352
                 Shindy Nasya Azhari
1351810355
                 Siti Munawaroh
1351810364











AKADEMI FARMASI SURABAYA
2019
 I 
PENDAHULUAN

1.1  LATAR BELAKANG
Praktikum yang melibatkan mikroba atau bahan-bahan kimia sebagai bahan eksperimen tentu harus diawali dengan yang namanya sterilisasi. Sterilisasi biasa dilakukan baik pada peralatan-peralatan maupun bahan-bahan yang akan digunakan dalam praktikum khususnya mikrobiologi. Sterilisasi dalam mikrobiologi merupakan suatu cara atau usaha untuk membebaskan alat-alat atau bahan-bahan dari segala macam bentuk kehidupan terutama mikroba agar tidak terkontaminasi dengan bahan lain atau mikroba yang tidak diinginkan. Sterilisasi perlu dilakukan agar dalam praktikum hanya biakan murni saja yang ada tanpa kontaminasi mikroorganisme lain. Biakan murni adalah biakan yang hanya terdapat satu spesies mikroba atau hasil perbanyakan akan satu sel mikroba. Biakan murni dapat dibuat, medium harus steril sebelum inokulasi, yaitu kita harus yakin bahwa tidak ada organisme hidup berada dalam medium jika di inokulasi. Metode yang lazim digunakan untuk mensterilkan media adalah menempatkan dalam autoklaf. Autoklaf menggunakan uap bertekanan untuk menaikkan suhu barang yang disterilkan sampai suatu taraf yang mematikan semua bentuk kehidupan. Untuk sterilisasi rutin, autoklaf biasanya dioprasikan pada tekanan uap 15 lb/in2. Pada tekanan ini suhu menjadi 121oC, waktu yang diperlukan pada suhu ini adalah 15 menit untuk sterilisasi bahan dan 20 menit untuk sterilisasi peralatan-peralatan, apabila medium berukuran besar disterilkan maka waktu yang diperlukan akan lebih panjang, karena panas memerlukan waktu untuk menembus bahan tersebut. Berdasarkan uraian diatas, maka dilakukan praktikum mengenai Berbagai Teknik Sterilisasi yang bertujuan untuk mengetahui cara sterilisasi dan apa saja yang dilakukan dalam sterilisasi.
Makhluk hidup yang ada di bumi tidak hanya terdiri dari makhluk hidup yang dapat dilihat oleh mata telanjang, tetapi ada juga mikroorganisme yang berukuran kecil dan hanya dapat dilihat dengan menggunakan teknik dan peralatan khusus. Mikroorganisme ( jasad renik) merupakan jasad hidup yang mempunyai ukuran sangat kecil. Mikroorganisme mempengaruhi kehidupan manusia baik secara langsung maupun tidak langsung yang bisa berperan sebagai kawan maupun lawan bagi kehidupan manusia. Mikroorganisme juga merupakan makhluk hidup, untuk memeliharannya dibutuhkan medium yang harus mengandung semua zat yang diperlukan untuk pertumbuhannya antara lain senyawa –senyawa organik (protein, karbohidrat, lemak, vitamin dan mineral)
Mikroorganisme dapat berkembang biak secara alami atau dengan campur tangan manusia. Mikroorganisme yang dikembangkan oleh manusia di antaranya melalui pertumbuhan menggunakan media. Pada pembuatan media ini, haruslah dimengerti jenis-jenis nutrien yang diperlukan oleh bakteri dan juga keadaan lingkungan fisik yang dapat menyediakan kondisi optimum bagi pertumbuhannya. Pembiakan mikroba secara buatan memerlukan media pertumbuhan untuk menjadi tempat tumbuh dan penyedia nutrien bagi mikroba. Media pertumbuhan terdiri dari garam organik, sumber energi (karbon), vitamin dan zat pengatur tumbuh (ZPT).  Pembuatan media ini dapat pula ditambahkan komponen lain seperti senyawa organik dan senyawa kompleks lainnya. Alat-alat yang digunakan dalam perkembangbiakan inipun harus ditsterilisasikan terlebih dahulu. Hal tersebut dimaksudkan agar tidak ada organisme lain yang tidak diinginkan tumbuh dalam media tersebut sehingga dapat menghambat pertumbuhan miikroorganisme yang akan dibiakkan dalam media
1.2 MAKSUD DAN TUJUAN
Adapun maksud dan tujuan dari praktikum ini, yaitu :
1.      Mengenal persiapan dan pengerjaan teknik sterilisasi alat, bahan dan area kerja untuk pengerjaan mikrobiologi secara aseptis
2.      Mengetahui prosedur pembuatan Medium tumbuh Bakteri

                                                         BAB II.    
                                             TINJAUAN PUSTAKA
Sterilisasi adalah suatu proses di mana kegiatan ini bertujuan untuk membebaskan alat ataupun bahan dari berbagai macam mikroorganisme. Suatu bahan bisa dikatakan steril apabila bebas dari mikroorganisme hidup yang patogen maupun tidak baik dalam bentuk vegetatif maupun bentuk nonvegetatif (spora) (Subaghdja, 2010).
Sterilisasi adalah suatu proses untuk membunuh semua jasad renik yang ada, jika ditumbuhkan di dalam suatu medium tidak ada jasad renik yang dapat berkembang baik. Sterilisasi harus dapat membunuh renik yang paling tahan panas yaitu spora bakteri (Fardiaz,1992).
Adanya pertumbuhan mikroorganisme menunjukkan bahwa pertumbuhan bakteri masih berlangsung dan tidak sempurnanya proses sterilisasi. Jika sterilisasi berlangsung sempurna, maka spora bakteri yang merupakan bentuk paling resisten dari kehidupan mikrobia akan diluluhkan (Lay dan Hatowo, 1992).
Pemilihan cara sterilisasi didasarkan pada sifat bahan yang akan disterilkan. Cara sterilisasi yang umum digunakan secara rutin di laboratorium Mikrobiologi ialah dengan pemanasan. Bila panas digunakan bersama-sama dengan uap air maka disebut sterilisasi panas lembab, bila tanpa kelembaban disebut sterilisasi panas kering atau sterilisasi kering (Ammi, dkk., 2013).
Menurut Ratna (1993), berikut ini adalah jenis proses sterilisasi:
a.       Sterilisasi basah atau sterilisasi panas lembab
Sterilisasi basah biasanya dilakukan di dalam autoklaf atau sterilisator uap yang mudah diangkat (portable) dengan menggunakan air jenuh bertekanan pada suhu 121oC selama 15 menit. Maka sterilisasi basah dapat digunakan untuk mensterilkan bahan apa saja yang dapat ditembus uap air (misalnya minyak) dan tidak rusak bila dipanaskan dengan suhu yang berkisar antara 110oC dan 121oC. Bahan-bahan yang biasanya disterilkan dengan cara ini antara lain medium biakan yang umum, air suling, peralatan laboratorium, biakan yang dibuang, medium yang tercemar, dan bahan-bahan dari karet.
Ada 4 hal utama yang harus diingat bila melakukan sterilisasi basah:
1.      Sterilisasi bergantung pada uap, karena itu udara harus dikosongkan betul-betul dari ruang sterilisator;
2.      Semua bagian bahan yang disterilkan harus terkena uap, karena itu tabung dan labu kosong harus diletakkan dalam posisi tidur agar udara tidak terperangkap di dasarnya;
3.      Bahan-bahan yang berpori atau yang berbentuk cair harus permeabel terhadap uap;
4.      Suhu sebagaimana yang terukur oleh termometer harus mencapai 121oC dan dipertahankan setinggi itu selama 15 menit.
b.      Sterilisasi kering
Sterilisasi kering atau sterilisasi panas kering dapat diterapkan dengan cara pemanasan langung sampai merah, meayangkan di atas nyala api, pembakaran dan sterilisasi dengan udara panas (oven). Pemanasan kering sering digunakan dalam sterilisasi alat-alat gelas di laboratorium.
Dalam sterilisasi panas kering, bahan yang sering disterilkan adalah pipet, tabung reaksi, cawan petri dari kaca, dan barang-barang pecah belah lainnya. Bahan-bahan yang disterilkan harus dilindungi dengan cara membungkus, menyumbat atau menaruhnya dalam suatu wadah tertutup untuk mencegah kontaminasi setelah dikeluarkan dari oven. Sebelum melakukan sterilisasi udara panas kering ini terlebih dahulu membungkus alat-alat gelas dengan kertas payung atau aluminium foil, setelah itu atur pengatur suhu oven menjadi 160oC dan alat disterilkan selama 2 jam.

Menurut Ratna (1993), berikut adalah tabel daftar suhu dan waktu yang biasa digunakan untuk sterilisasi panas kering dengan oven:

Suhu (oC)
Waktu (jam)
170
1,0
160
2,0
150
2,5
140
3,0
c.       Sterilisasi uap
Uap panas pada suhu 100oC dapat digunakan dalam bentuk uap mengalir. Metode ini mempunyai keterbatasan. Penggunaan uap mengalir dilakukan dengan proses sterilisasi bertingkat untuk mensterilkan media kultur. Metode ini jarang memuaskan untuk larutan yang mengandung bahan-bahan karena spora sering gagal tumbuh di bawah kondisi ini, karena bentuk vegetatif dari kebanyakan bakteri tidak membentuk spora. Temperatur suhu titik mati bervariasi, tetapi tidak ada bentuk non spora yang bertahan. Dalam prakteknya, suatu perpanjangan pemaparan uap selama 20-60 menit akan membunuh semua bentuk vegetatif bakteri tapi tidak akan menghancurkan spora. Untuk meyakinkan penghancuran spora, dilakukan sterilisasi bertingkat. Proses ii dilakukan dengan waktu yang bervariasi, dari 20-60 menit setiap hari selama 3 hari. Setiap hari setelah sterilisasi bahan disimpan pada inkubator pada 37oC. Prinsip dari metode ini adalah pada saat pemaparan pertama, uap membunuh bakteri vegetatif tapi tidak sporanya. Tapi pada saat bahan disimpan pada inkubator atau pada suhu ruangan selama 24 jam, spora akan tumbuh ke dalam bentuk vegetatif. Spora yang telah tumbuh ini akan dimatikan pada pemanasan hari ke dua. Kesuksesan dari proses ini tergantung pada spora yang berkembang ke bentuk vegetatif selama masa istirahat.

d.      Penyaringan (filtrasi)
Penyaringan telah banyak digunakan untuk mensterilkan medium laboratorium dan larutan yang dapat mengalami kerusakan jika dipanaskan. Penyaringan dengan ukuran pori-pori 0,45 mikron atau kurang akan menghilangkan jasad renik yang terdapat di dalam larutan tersebut. Penyaring yang banyak digunakan terbuat dari gelas sinter, selulsa dan asbestos atau penyaring Seitz. Pori-pori dari penyaring tersebut berkiras antara 0,22 sampai 10 mikron. Pori-pori yang lebih kasar biasanya digunakan untuk penjernihan sebelum digunakan pori-pori yang lebih halus, sehingga tidak terjadi penyumbatan. Penyaring yang biasa digunakan untuk bakteri tidak dapat menahan atau menyaring virus atau mikoplasma.
Beberapa contoh bahan yang biasa disterilkan dengan cara ini adalah serum, larutan bikarbonat, enzim, toksin, bakteri, medium sintetik tertentu, dan antibiotik.
Ada beberapa macam filter, yaitu:
1.      Filter Swinny
Sebuah adaptasi dari filter seitz, filter swinny mempunyai adaptor khusus yaitu terdiri dari lapisan asbes, bersama dengan layer dan pencuci. Keutamaan untuk digunakan filter swinny dibungkus dengan kertas dan autoklaf. Bagian yang dipotong dihubungkan pada spoit werlock dan cairan dimasukkan ke potongan asbes dengan menggunakan tekanan pada sal spoit.

2.      Filter Fritted-Glass
Permeabilitas dari filter berbanding lurus dengan ukurannya. Setelah potongan dibentuk, potongan disegel dengan pemanasan di dalam gelas pirex seperti corong buhcner.
3.      Filter Berkefeld dan Mandler
Mandler terbuat dari tanah silika murni, asbestos dan kalium sulfat. Berkefeld juga tersusun dari tanah silika murni. Masing-masing filter bermuatan negatif.
4.      Filter Selas
Filter ini secara kimia bersifat resisten terhadap semua larutan yang tidak menyerang silika.
5.      Filter Candles-Pasteur-Chamberland
Terbuat dari pori porselen tak berkaca dengan pori kecil yang menghasilkan filtrasi lambat.

e.       Sterilisasi dengan desinfektan
Desinfektan adalah zat yang dapat membunuh bakteri. Senyawa kimia yang banyak digunakan sebagai esinfektan antara lain: larutan AgNO3, CuSO4, HgCl2, ZnO, serta alkohol dan campurannya. Zat-zat yang dapat membunuh atau menghambat pertumbuhan bakteri dapat dibagi atas garam-garam, logam, fenol, dan senyawa-senyawa lain yang sejenis, formaldehida,yodium, alkohol, klor, zat warna, detergen, sulfonamida, dan antibiotik. Umumnya bakteri yang muda kurang daya tahannya terhadap desinfektan daripada bakteri yang tua. Kepekatan, konsentrasi dan lamanya berada di bawah pengaruh desinfetan merupkan faktor-faktor yang berperan dalam sterilisasi jenis ini.

f.       Sterilisasi gas
Sterilisasi gas digunakan dalam pemaparan gas atau uap untuk membnih mikroorganisme dan sporanya. Beberapa bahan kimia yang dapat digunakan untuk sterilisasi gas adalah etilena oksida, asam parasetat, formaldehida dan glutaraldehida alkalin. Cara ini diterapkan pada suhu kamar selama 2-18 jam tergantung pada bahan kimianya. Hal-hal yang perlu diperhatikan dapat sterilisasi gas antara lain:
1)      Lamanya waktu yang diperlukan sesudah perlakuan untuk menghilangkan semua sisa bahan kimia yang digunakan;
2)      Daya bahan bakar yang bersangkutan;
3)      Persyaratan peralatan;
4)      Biaya pelaksanaan.

g.      Sterilisasi dengan radiasi
Sterilisasi dengan radiasi dapat dilakukan dengan sinar gamma (sinar UV kadang juga digunakan tetapi tidak begitu baik karena daya tembusnya lemah) namun penggunaannya terbatas karena menuntut persyaratan keamanan dan biaya tinggi.
Mikroorganisme dapat ditumbuhkan dan dikembangkan pada suatu substrat yang disebut medium. Medium yang digunakan untuk menumbuhkan dan mengembangbiakkan mikroorganisme tersebut harus sesuai susunannya dengan kebutuhan jenis-jenis mikroorganisme yang bersangkutan. Beberapa mikroorganisme dapat hidup baik pada medium yang sangat sederhana yang hanya mengandung garam anorganik ditambah sumber karbon organik seperti gula. Sedangkan mikroorganisme lainnya memerlukan suatu medium yang sangat kompleks yaitu berupa medium ditambahkan darah atau bahan-bahan kompleks lainnya (Volk,1993).
Media adalah suatu bahan yang terdiri dari campuran zat-zat hara (nutrien) yang berguna untuk membiakkan mikroba. Dengan menggunakan bermacam-macam media dapat dilakukan isolasi, perbanyakan, pengujian sifat fisiologis dan perhitungan sejumlah mikroba. Supaya mikroba dapat tumbuh baik dalam suatu media, maka medium tersebut harus memenuhi syarat-syarat, antara lain:
  1. harus mengandung semua zat hara yang mudah digunakan oleh mikroba,
  2. harus mempunyai tekanan osmosis,
  3. tegangan permukaan dan pH yang sesuai dengan kebutuhan mikroba yang akan tumbuh,
  4. tidak mengandung zat-zat yang dapat menghambat pertumbuhan mikroba,
  5. harus berada dalam keadaan steril sebelum digunakan, agar mikroba yang ditumbuhkan dapat tumbuh dengan baik (Sutedjo, 1991).
Saat ini media agar merupakan media yang sangat umum digunakan dalam penelitian-penelitian mikrobiologi. Media agar ini memungkinkan untuk dilakukannya isolasi bakteri dari suatu sampel, karakterisasi morfologi, sampai penghitungaan bakteri yang dikenal dengan nama total plate count. Bentuk koloni bakteri dan warna-warninya mudah sekali dikenali dengan media ini dengan cara mengubah komposisi nutrien atau menambahkan indikator. Komposisi media bakteri dapat dimodifikasi sehingga dapat digolongkan menjadi media umum, media selektif (bakteri tertentu saja yang dapat tumbuh) dan media diferensial (bakteri tumbuh dengan memberikan ciri-ciri tertentu) (Achmad, 2007).
Agar-agar, gelatin atau gel silika merupakan bahan untuk membuat medium menjadi padat. Namun, yang paling umum digunakan adalah agar-agar. Meskipun bahan utama agar-agar adalah gelatin, yaitu suatu kompleks karbohidrat yang diekstraksi dari alga marin genus Gelidium, namun sebagian besar mikroorganisme tidak dapat menggunakannya sebagai makanan sehingga agar-agar dapat berlaku hanya sebagai pemadat (Hadioetomo, 1993).
Media dapat digolongkan berdasarkan bentuk, susunan kimianya, dan fungsinya. Berdasarkan bentuknya terdiri dari media padat, media semi padat, dan media cair. Bahan makanan yang dbutuhkan mikroorganisme dibagi menjadi tujuh golongan yaitu air, sumber energi, sumber karbon, sumber aseptor elektron, sumber mineral, faktor tumbuh, dan sumber nitrogen (Pujiati, 2012).
Menurut Pelczar (1996), klasifikasi medium berdasarkan fungsinya digolongkan menjadi 7 golongan, yaitu:
1.      Medium umum, merupakan media yang ditambahkan bahan-bahan yang bertujuan menstimulasi pertumbuhan mikroba secara umum. Contoh: Nutrien Agar (NA) untuk menstimulasi pertumbuhan bakteri, Potato Dextose Agar (PDA) untuk menstimulasi pertumbuhan fungi.
2.      Medium khusus, merupakan medium untuk menentukan tipe pertumbuhan mikroba dan kemampuannya untuk mengadakan perubahan-perubahan kimia tertentu. Contoh: medium tetes tebu untuk Saccharomyces cerevisiae.
3.      Media diperkaya (enrichment media), merupakan media yang ditambahkan bahan-bahan tertentu untuk menstimulasi pertumbuhan mikroba yang diinginkan. Hal ini dilakukan untuk menstimulasi pertumbuhan mikroba yang jumlahnya sedikit dalam suatu campuran berbagai mikroba. Contoh: Chocolatemedia dan Yeast-Extract-poptasium Nitrat Agar.
4.      Media selektif, merupakan media yang ditambahkan bahan-bahan tertentu yang akan menghambat pertumbuhan mikroba yang tidak diinginkan yang ada dalam suatu spesimen. Inhibitor yang digunakan berupa antibiotik, garam dan bahan-bahan kimia lainnya.
5.      Media differensial, merupakan media yang ditambahkan bahan-bahan kimia atau reagensia tertentu yang menyebabkan mikroba yang tumbuh memperlihatkan perubahan-perubahan spesifik sehingga dapat dibedakan dengan jenis lainnya.
6.      Medium penguji (Assay medium), merupakan medium dengan susunan ertentu yang digunakan untuk pengujian senyawa-senyawa tertentu dengan bantuan bakteri. Contoh: medium untuk menguji vitamin-vitamin, antibiotik, dan lain-lain.
7.      Medium perhitungan jumlah mikroba yaitu medium spesifik yang digunakan untuk menghitung jumlah mikroba dalam suatu bahan. Contoh: medium untuk menghitung jumlah bakteri E. Coli air sumur.
Medium harus mengandung nutrien yang merupakan substansi dengan berat molekul rendah dan mudah larut dalam air. Nutrien ini adalah degradasi dari nutrien dengan molekul yang kompleks. Nutrien dalam medium harus memenuhi kebutuhan dasar makhluk hidup, yang meliputi air, karbon, energi, mineral dan faktor tumbuh (Label, 2008)
NA (Nutrien Agar) adalah medium yang digunakan sebagai media pertumbuhan bakteri. Nutrient agar adalah medium yang diklasifikasikan sebagai medium sintetik terstruktur karena tersusun oleh komponen yang pasti jenis dan kuantitasnya. NA di buat dengan komposisi agar–agar yang sudah dipadatkan sehingga NA juga bisa disebut sebagai nutrisi padat yang digunakan untuk menumbuhkan bakteri. Fungsi agar–agar hanya sebagai pengental namun bukan zat makanan pada bakteri, agar dapat mudah menjadi padat pada suhu tertentu. Medium Nutrient Agar adalah salah satu medium padat yang memiliki komposisi yaitu agar–agar yang telah di panaskan dan mencair dengan suhu 950C (Sandra, 2013).

BAB III
METODOLOGI

3.1  WAKTU DAN TEMPAT
Percobaan ini dilakukan pada hari Selasa, tanggal , pukul 10.00 WIB sampai selesai, bertempat di laboratorium mikrobiologi 

3.2  ALAT DAN BAHAN
Adapun alat dan bahan yang diperlukan selama proses praktikum pembuatan Medium NA ini, dengan peralatan yang diperlukan anatara lain :
A.    ALAT
1.      Erlenmeyer 250 ml, erlenmeyer 250 ml
2.      Bunsen
3.      Hot plate
4.      Stirrer
5.     2 Batang pengaduk
6.     15 Cawan petri
7.     16 Tabung reaksi
8.      1 Rak tabung reaksi
9.       Autoklaf
10.   Oven
11.   2 Pipet ukur
12.  Botol semprot alcohol

B.     BAHAN
1.      Aquades
2.      NA (Nutrient Agar)
3.      Kapas
4.      Alumunium foil
5.      Plastic wrap
6.      Tissue
7.      Kertas label
8.      Kertas pembungkus
9.      Alcohol 70%
10.  Spritus
11. NB ( Nutrient Broth)


3.3  SKEMA KERJA
·         Pembuatan Medium NA
Cara kerja :
1.      Timbang media NA sesuai prosedur di kemasan ( catatan : buatlah 250 ml media NA untuk setiap shift praktikum). Penimbangan media dilakukan secara teliti dan cepat, kemudian serbuk media dimasukkan secara hati – hati ke dalam Erlenmeyer.
2.      Tambahkan aquades dan aduk sampai merata dengan batang pengaduk
3.      Panaskan dengan hati – hati menggunakan penangas/elemen pemanas sampai media tercampur homogeny (ditunjukkan dengan warna kuning jernih). Perhatian : sewaktu pemanasan jangan sampai terbentuk buih berlebihan sampai meluap.
4.      Sterilisasi media dalam Erlenmeyer tersebut dengan menggunakan autoklaf : 1) buka tutup autoklaf, 2) Masukkan air ke dalam autoklaf hingga penanda batas air, 3) Tempatkan bahan/medium ke dalam autoklaf, susun rapi, 4) Tutup autoklaf, putar kunci dengan kencang, 5) Nyalakan autoklaf dan tunggu hingga suhu mencapai 121 ͦC dan tekanan sebesar 1 atm/15 lb (kondisi sterilisasi), jangan lupa menutupkatup autoklaf, 6) Mulai sterilisasi selama 15 menit, 7) Setelah selesai matikan autoklaf, 8) Tunggu hingga tekanan turun hingga 0 atm (suhu agak dingin), 9) Buka secara hati – hati penutup autoklaf, 10) Keluarkan alat dan medium dari dalam autoklaf.
5.      Medium yang telah siap dan tidak akan segera digunakan, sebaiknya disimpan di dalam lemari/ruang pendingin dengan suhu 10 ͦC untuk mencegah terjadinya kontaminasi.
·         Sterilisasi alat
Cara kerja :
1. Bungkus rapi alat-alat gelas yang akan disterilkan dengan kertas pembungkus/aluminium foil.
2. Strelisasi dengan open : 1). Buka pintu oven, 2). Tempatkan alat ke dalam oven dengan susunan rapi, 30. Tutup pintu oven, 4). Setting suhu oven : 160-180 ͦC selama 1-3 jam, 5). Mulai strelisasi, 6). Setelah selesai, matikan oven, 7). Tunggu  beberapa saat segingga suhu turun, 8). Keluarkan alat dari oven.
·         Strelisasi area kerja
Cara kerja :
1. Bersihkan meja atau alat dari bahan yang ada di atasnya.
2. Usap bersih dengan mennggunakan tisu.
3. Semprot merata dengan alcohol dengan 70%
4. ratakan dengan tisu bersih
5. Tunggu hingga kering
6. Nyalakan bunsen


BAB IV       
HASIL DAN PENGAMATAN
Sterilisasi merupakan suatu proses (kimia dan fisika) yang membunuh semua bentuk hidup terutama mikroba. Sterilisasi yang dilakukan bertujuan untuk menghindari kontaminasi, yaitu masuknya mikroorganisme yang tidak diinginkan. Alat yang akan digunakan dalam suatu penelitian atau praktikum harus disterilisasi terlebih dahulu untuk membebaskan semua bahan dan peralatan tersebut dari semua bentuk kehidupan.
Ada empat cara yang sering digunakan dalam sterilisasi dengan pemanasan, yaitu sterilisasi dengan pemijaran, dengan udara panas (kering), dengan uap panas dan sterilisasi dengan air panas bertekanan. Sterilisasi dengan pemijaran dilakukan dengan cara memijarkan pada api lampu spiritus (mengusahakan pada api bagian tengah yang berwarna kebiruan). Teknik pemijaran ini dilakukan untuk alat jarum inokulasi, ose atau alat lain yang terbuat dari platina atau nikhrom. Sterilisasi dengan udara panas menggunakan oven (Hot Air Sterilizer).
Pada percobaan ini alat yang digunakan untuk mensterilkan alat yaitu oven, bunsen dan autoklaf. Oven merupakan alat sterilisasi dengan cara fisik yaitu panas kering. Oven (Hot Air Sterilizer), digunakan untuk mensterilkan alat yang terbuat dari kaca dan kertas yang tahan terhadap suhu tinggi. Alat – alat yang akan disterilisasi dengan oven, menggunakan temperatur 170 – 180 ͦC selama 1 – 2 jam.
Alat lain yang digunakan dalam sterilisasi adalah autoklaf. Autoklaf yang berfungsi untuk sterilisasi dengan uap panas bertekanan. Sterilisasi dengan autoklaf diperlukan panas basah selama 15 menit pada temperatur 121oC dan dengan tekanan 2 atm. Sterilisasi lain yaitu menggunakan Bunsen. Bunsen digunakan untuk sterilisasi dengan cara pemanasan, misalnya untuk membakar jarum ose.
Selain itu, dalam pengerjaan hal-hal yang berkaitan dengan mikroorganisme, bukan hanya alat yang perlu disterilkan, tetapi juga telapak tangan kita agar tidak melakukan kontaminasi terhadap alat-alat yang kita pegang. Untuk itu digunakan alkohol yang disemprotkan dengan hand sprayer. Alkohol disemprotkan secukupnya, kemudian kita harus memastikan seluruh permukaan telapak tangan telah terbalut alkohol. Hal ini dilakukan agar telapak tangan kita benar-benar steril.
Medium adalah suatu bahan yang terdiri atas campuran nutrisi yang digunakan untuk menumbuhkan mikroba. Selain untuk menumbuhkan mikroba, medium dapat pula untuk isolasi, memperbanyak mikroba, pengujian sifat – sifat fisiologi dan perhitungan mikroba.
            Dalam praktikum kali ini medium yang digunakan adalah NA (Nutrient Agar). NA digunakan untuk media pertumbuhan bakteri. Pembuatan media ini diawali dengan melarutkan 15 gram NA pada 750 ml aquades pada gelas ukur, setelah itu di masukkan stirrer dalam larutan tersebut lalu ditutup dengan alumunium foil, setelah itu memanaskannya diatas hot plate diikuti oleh pengadukan, pengadukannya menggunakan stirrer, tujuan dari pemanasan dan pengadukannya adalah untuk mempercepat pelarutan dari NA. Kemudian setelah larut didiamkan beberapa menit agar panasnya berkurang lalu larutan medium tersebut di masukkan ke dalam Erlenmeyer sebanyak 187 ml lalu ditutup dengan kapas dan alumunium foil dan direkatkan dengan plastic wrap kemudian dimasukkan ke dalam autoklaf dengan temperature 121 ͦC dalam waktu 15 menit dan dengan tekanan 2 ATM yang mana masih dalam kondisi tertutup dengan alumunium foil. Tujuan dari penutupan untuk menjaga larutan NA dari kontaminasi dari luar.

BAB V.
PENUTUP
5.1  KESIMPULAN
Berdasarkan praktikum yang dilakukan maka dapat disimpulkan bahwa, Sterilisasi merupakan suatu proses (kimia dan fisika) yang membunuh semua bentuk hidup terutama mikroba. Sterilisasi yang dilakukan bertujuan untuk menghindari kontaminasi, yaitu masuknya mikroorganisme yang tidak diinginkan. Pada percobaan ini alat yang digunakan untuk mensterilkan alat yaitu oven, bunsen dan autoklaf.
Medium adalah suatu bahan yang terdiri atas campuran nutrisi yang digunakan untuk menumbuhkan mikroba. Selain untuk menumbuhkan mikroba, medium dapat pula untuk isolasi, memperbanyak mikroba, pengujian sifat – sifat fisiologi dan perhitungan mikroba.
Medium yang digunakan pada praktikum ini yaitu NA (Nutrient Agar). NA (Nutrien Agar) adalah medium yang digunakan sebagai media pertumbuhan bakteri. NA terdiri dari daging yang berfungsi sebagai sumber energy. Agar berfungsi untuk memadatkan medium NA.

5.2  SARAN
Pada praktikum yang telah dilakukan, sebagai saran dari praktikan yaitu sebaiknya penuntun praktikum jangan diberikan 2 atau 3 hari sebelum praktikum agar praktikan dapat mempelajarinya. Diharapkan pada praktikum selanjutnya dapat berjalan lebih baik lagi.