Minggu, 05 Januari 2020

pengujian uji daya hambat (uji potensial) pada sabun pure baby

LAPORAN PRAKTIKUM
MIKROBIOLOGI



UJI POTENSI SENYAWA ANTIMIKROBA
SECARA DIFUSI SUMURAN DAN EKSTRAK PEPAYA
Disusun oleh :
Tiara Rachmawati
Shindy Nasya
Windy Rachmadani
Lovina Lumban Gaol
Fadhiil Hisyam Putra
Siti Munawaroh






LABORATORIUM MIKROBIOLOGI
AKADEMI FARMASI SURABAYA
SURABAYA
2018
BAB I
PENDAHULUAN

Latar Belakang
Antibakteri atau antimikroba adalah bahan yang dapat membunuh atau menghambat aktivitas mikroorganisme dengan berbagai macam cara. Senyawa antimikroba terdiri atas beberapa kelompok berdasarkan mekanisme daya kerjanya atau tujuan penggunaan tujuannya. Bahan antimikroba dapat secara fisik atau kimia berdasarkan peruntukannya dapat berupa desinfektan, antiseptik, sterillizer.
Antibiotika pertama kali ditemukan oleh Alexander Fleming pada tahun 1929, yang secara kebetulan menemukan suatu zat antibakteri yang sangat efektif yaitu penisillin. Penesillin ini pertama kali dipakai oleh ilmu kedokteran tahun 1939.  Antibiotik merupakan suatu bahan kimia yang dikeluarkan oleh renik/hasil sintesis semisintesis yang mempunyai struktur yang sama dan zat ini dapat merintangi/ memusnakan jasad renik lainnya.
Antibiotik yang efektif bagi banyak spesies bakteri, baik kokus, basil, spiral, dikatakan mempunyai sprektrum luas. Sebaliknya suatu antibiotik yang hanya efektif untuk spesies tertentu atu sprektrum sempit. Penisillin hanya efektif untuk memberantas terutama jenis kokus oleh karena itu penisillin dikatakan sprektrum sempit. Tetrasiklin efektif bagi kokus, basil dan jenis spiral tertentu. Oleh karena itu tetrasiklin dikatakan mempunyai sprektum luas. Dalam hal ini praktikum perlu dilakukan agar lebih memahami senyawa yang bagaimana yang bisa dijadikan agen antri mikroba.
II. Rumusan Masalah
Perbedaan antara difusi sumuran dan ekstrak pepaya ?
Apa fungsi dari kontrol kombinasi media, kontrol pertumbuhan mikroba uji dan kontrol negatif/pelarut ?
III. Tujuan
1. Mengetahui perbedaan antara difusi paper disk dan sumuran
2. Mengetahui fungsi dari kontrol kombinasi media, kontrol pertumbuhan mikroba uji dan kontrol negatif/pelarut

III. Manfaat
Mahasiswa mampu membedakan metode antara difusi paper disk dan sumuran
Mahasiswa mengetahui fungsi dari kontrol kombinasi media, kontrol pertumbuhan mikroba uji dan kontrol negatif/pelarut
























BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

Antibiotika adalah snyawa kimia yang dihasilkan atau diturunkan oleh organisme hidup, termasuk struktur analognya yang dibuat secara sintetik yang dalam kadar rendah mampu menghambat prroses penting dalam kehidupan satu spesies atau lebih mikroorganisme. Pada awalnya antibiotik diisolasi dari mikroorganisme, tetapi beberapa antibiotik telah didapatkan dari tanaman (Soekardjo,1995).
Antibiotika pertama kali ditemukan oleh Alexander Fleming pada tahun 1929, yang secara kebetulan menemukan suatu zat antibakteri yang sangat efektif yaitu penisillin. Penesillin ini pertama kali dipakai oleh ilmu kedokteran tahun 1939.  Antibiotik merupakan suatu bahan kimia yang dikeluarkan oleh renik/hasil sintesis semisintesis yang mempunyai struktur yang sama dan zat ini dapat merintangi/ memusnakan jasad renik lainnya (Widjajanti, 1996).
Antibiotik yang efektif bagi banyak spesies bakteri, baik kokus, basil, spiral, dikatakan mempunyai sprektrum luas. Sebaliknya suatu antibiotik yang hanya efektif untuk spesies tertentu atu sprektrum sempit. Penisillin hanya efektif untuk memberantas terutama jenis kokus oleh karena itu penisillin dikatakan sprektrum sempit. Tetrasiklin efektif bagi kokus, basil dan jenis spiral tertentu. Oleh karena itu tetrasiklin dikatakan mempunyai sprektum luas. Dalam hal ini praktikum perlu dilakukan (Dwidjoseputro, 2003).
Antimikroba adalah senyawa biologis atau kimia yang dapat mengganggu pertumbuhan dan aktivitas mikroba, terutama mikroba perusak atau pembusuk makanan. Zat mikroba dapat bersifat bakterisidal (membunuh bakteri), bakteristatik (menghambat pertumbuhan bakteri), fungisidal (membunuh kapang), fungistatik (menghambat pertumbuhan kapang), atau germisidal (germinasi spora bakteri). Keefektifan penghambatan merupakan salah satu kriteria pemilihan suatu senyawa antimikroba. Semakin kuat penghambatannya semakin efektif digunakan. Kerusakan yang ditimbulkan komponen antimokroba bersifat mikrosidal (kerusakan tetap) atau mikrostatik (kerusakan sementara yang dapat kembali). Suatu komponen akan bersifat mikrosidal atau mikrostatik tergantung pada konsentrasi dan kultur yang digunakan. Mekanisme penghambatan mikroorganisme oleh senyawa antimikroba dapat disebabkan ileh bebrapa faktor diantaranya gangguan pada senyawa penyusun dinssing sel, peningkatan permeabilitas membran sel yang dapat menyebabkan kehilangan komponen penyusun sel.(Akhanggit,2010).
Bacillus subtillis adalah bakteri penyebab utama terjadinya infeksi kepada oarang-orang yang memiliki ketahanan tubuh dalam kondisi terganggu. Bakteri ini banyak sekali tersebar ddi alam. Bakteri ini membawa banyak kerugian karena bakteri ini pemicu terjadinya infeksi nosokomial adalah infeksi yang diterima seorang pasien yang di rumah sakit yang sudah dirawat 72 jam lamanya. Bacillus subtillis bakteri gram positif ditemukan dalam tanah dan saluran pencernaan manusia.
Metode difusi merupakan salah satu metode yang sering digunakan untuk menguji aktivitas antrimikroba, metode difusi dapat dilakukan oleh 3 cara yaitu metode silinder, metode difusi sumuran (lubang) dan cakram kertas. Metode silinder yaitu meletakkan bebrapa silinder yang telah dibuat dari gelas atau besi bahan karat diatas media agar yang telah diinokulasi dengan bakteri. Tiap silinder ditempatkan hingga berdiri diatas media agar diisi dengan larutan yang akan diuji dan diinkubasi. Setelah diinkubasi pertumbuhan bakteri diamati untuk melihat ada tidaknya daerah hambatan di sekeliling silender (Dwidjoseputro, 2003). Metode difusi sumuran yaitu membuat lubang pada agar padat yang telah diinokulasi dengan bakteri. Jumlah dan letak lubang disesuaikan dengan tujuan penelitian, kemudian lubang diinjeksikan dengan ekstrak yang akan diuji. Setelah dilakukan inkubasi, pertumbuhan bakteri diamati untuk melihat ada tidaknya daerah hambatan di sekeliling lubang. Metode difusi cakram prinsip kerjanya adalah bahan uji dijenuhkan ke dalam kertas cakram (cakram kertas). Cakram kertas yang mengandung bahan tertentu ditanam pada media perbenihan agar padat yang telah dicampur dengan mikroba yang diuji, kemudian diinkubasikan 350C selama 18-24 jam. Area (zona) jernih disekitar cakram kertas diamati untuk menunjukkan ada tidaknya pertumbuhan mikroba. Selama inkubasi, bahan uji berdifusi dari kertas cakram ke dalam agar-agar itu, sebuah zona inhibisi dengan demikian akan terbentuk. Diameter zona sebanding dengan jumlah bahan uji yang ditambahkan ke kertas cakram. Metode ini secara rutin digunakan untuk menguji sensitivitas antibiotik untuk bakteri patogen.
Kontrol kontaminan berfungsi untuk mencegah timbulnya kerusakan ataupun penurunan kinerja yang disebabkan oleh kontaminan. Kontrol pertumbuhan mikroba uji berfungsi untuk mencegah penyebaran penyakit dan infeksi, membasmi mikroorganisme pada inangnya yang terinfeksi dan mencegah pembusukan dan pengrusakan bahan oleh mikroorganisme. Kontrol negatif berfungsi untuk mengetahui ada tidaknya pengaruh pelarut terhadap pertumbuhan bakteri sehingga dapat diketahui bahwa yang mempunyai aktivitas antibakteri adalah zat uji bukan pelarut.




BAB III
METODOLOGI PENELITIAN

Alat

Erlenmeyer
Pipet ukur
Gelas ukur
Mikropipet
Jangka sorong
Jarum ose
Spidol
Kertas label
Spreader

Bahan
NA (Nutrient Agar)
Aquadest Steril
Alkohol stearil
Bacillus subtilis









Metode
1. Pembuatan NA
Menimbang NA sebanyak 1,2 g. 
Dilarutkan dengan aqiadest sebanyak 60 ml .
Dimasukkan ke dalam erlenmeyer diaduk ad homogen di atas kompor.
Setelah larut mulut lubang erlenmeyer ditutup dengan sumbat dan ditutup dengan kertas perkamen lalu diikat.
Dimasukkan ke autoclave.
Setelah selesai, menyiapakan cawan petri, pipet ukur, bladder.
Lalu NA dimasukkan ke dalam cawan petri masing masing cawan petri berisi 15 ml NA. Setelah dingin lalu pinggir mulut cawan petri dibungkus dengan plastik wrap,
diinkubasi.
Setelah di inkubasi di spreader dengan bakteri bacillus subtillis
2.Pembuatan SDA
Menimbang SDA sebanyak  0,6 g 
Dilarutkan dengan aqiadest sebanyak 30 ml
Dimasukkan ke dalam erlenmeyer diaduk ad homogen di atas kompor.
Setelah larut mulut lubang erlenmeyer ditutup dengan sumbat dan ditutup dengan kertas perkamen lalu diikat.
Dimasukkan ke autoclave.
Setelah selesai, menyiapakan cawan petri, pipet ukur, bladder.
Lalu SDA  dimasukkan ke dalam cawan petri masing masing cawan petri berisi 15 ml SDA.
Setelah dingin lalu pinggir mulut cawan petri dibungkus dengan plastik wrap,
diinkubasi.
Setelah di inkubasi di spreader dengan bakteri bacillus subtillis.
3. Pembuatan  Lubang  Sumuran
Menyiapkan  4 cawan petri berisi 15 ml media NA.
Secara aseptis buka cawan petri buatlah sumuran pada petri (1) dengan pelobang gabung  no 4.
Ambil bulatan NA pada sumur yang dibuat dengan kawat ose secara hati-hati. Masukkan bulatan tersebut ke dalam beaker glass yang berisi alkohol.
Beri label pada dasar petri.

4.Analisis  Daya  Hambat  (Biasa)
Pipet masing-masing sampel sebanyak 30µl (dengan bantuan mikropipet).
Injeksikan ke dalam lubang sumuran yang telah dibuat dan inkubasikan selama 24 jam. Amati zona keruh dan zona jernih disetiap petri.
Amati gambar pertumbuhannya dan  ukur diameter zona jernih di sekitar sumuran dengan jangka sorong.






















BAB IV
PEMBAHASAN

Pada metode difusi, penentuan aktivitas didasarkan pada kemampuan difusi dari zat antimikroba dalam lempeng agar yang telah diinokulasikan dengan mikroba uji. Hasil pengamatan yang akan diperoleh berupa ada tidaknya zona hambat yang akan terbentuk disekeliling zat antimikroba pada waktu tertentu masa inkubasi. Pada metode ini dapat dilakukan secara paper disk dan secara sumuran. Metode Paper disk (cakram) Metode difusi secara paper disk merupakan cara yang paling sering digunakan untuk menetukan kepekaan kuman terhadap berbagai macam obat-obatan. Pada metode ini, digunakan suatu cakram kertas saring (paper disk) yang berfungsi sebagai tempat menampung zat antimikroba. Kertas saring tersebut kemudian diletakkan pada lempeng agar yang telah diinokulasi mikroba uji, kemudian diinkubasi pada waktu tertentu dan suhu tertentu, sesuai dengan kondisi optimum dari mikroba uji. Pada umumnya, hasil yang di dapat bisa diamati setelah diinkubasi selama 18-24 jam dengan suhu 37°C. Hasil pengamatan yang diperolehberupa ada tidaknya daerah bening yang terbentuk disekeliling kertas cakram yang menunjukkan zona hambat pada pertumbuhan bakteri. Menurut (Rahmi et al., 2013) berikut tabel efektifitas suatu zat antibakteri:
Tabel kategori potensi antibakteri (Diffusion Test)
Kategori
Rentang
Sangat kuat
>20 mm
Kuat
11-20 mm
Sedang
  8-11 mm
Rendah
<8 mm

Metode cakram disk ini memiliki kelebihan dan kekurangan. Kelebihnnya adalah mudah dilakukan, tidak memerlukan peralatan khusus dan relatif murah. Sedangkan kelemahannya adalah ukuran zona bening yang terbentuk tergantung oleh kondisi inkubasi, inokulum, predifusi, dan preinkubasi serta ketebalan medium. Apabila keempat faktor tersebut tidak sesuai maka hasil dari metode cakram disk ini biasanya sulit untuk diintepretasikan. Selain itu, metode paper disk ini tidak dapat diaplikasikan pada mikroorganisme yang bersifat anaerob obligat.
Metode difusi sumuran yaitu membuat lubang pada agar padat yang telah diinokulasi dengan bakteri. Jumlah dan letak lubang disesuaikan dengan tujuan penelitian, kemudian lubang diinjeksikan dengan ekstrak yang akan diuji. Setelah dilakukan inkubasi, pertumbuhan bakteri diamati untuk melihat ada tidaknya daerah hambatan di sekeliling lubang.
Pada praktikum ini dilakukan pengamatan pada 4 cawan petri, 2 petri untuk paper disk dan 2 petri untuk sumuran. Pada praktikum ini digunakan sampel ekstrak daun pepaya. Dari ke 2 cawan sumuran tersebut dapat diketahui sampel tidak bisa diamati zona hambatnya dikatenakan konsentrasi dari ektrak daun pepaya terlalu pekat.














BAB V
KESIMPULAN
Berdasarkan praktikum yang telah dilakukan tidak dapat disimpulkan dikarenakan tidak dapat diukur zona hambat yang terjadi karena penaambahan ekstrak terlalu pekat. Perlu pengenceran ekstrak yang benar agar dapat mengetahui zona hambat yang terbentuk pada setiap cawan petri.


















DAFTAR PUSTAKA
Muhammad S N, 2010., Hubungan Pola Kuman dan Penggunaan Antibiotik Aminoglikosida di RSUD Dr. Moerwardi Surakarta, Fakultas Kedokteran, Universitas Sebelas Maret, Surakarta, diakses tanggal 26 Desember 2018.
Mulyana Yanti, 2007, Sensitivitas Salmonella Sp. Penyebab Demam Tifoid Terhadap Beberapa Antibiotik Di Rumah Sakit Immanuel Bandung, diakses tanggal 26 Desember 2018.
Dwidjoseputro, 2003, Dasar-dasar Mikrobiologi, Djambatan, Jakarta.

Soekardjo, B., 1995. Kimia Medisinal, Airlangga UniversitasPress, Jakarta.
Widjajanti, U, Nuraini., 1996, Obat-Obatan, Kanisus, Yogyakarta.
Akhanggit,2010.PengujianAktifitasAntibakteri( HYPERLINK "http://akhanggit.wordpress.com/2010/07/05/pengujian-aktifitas-antibakteri/" http://akhanggit.wordpress.com/2010/07/05/pengujian-aktifitas-antibakteri/) Diakses pada tanggal 26 Desember 2013.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar