LAPORAN PRAKTIKUM MIKROBIOLOGI
PENGUJIAN MPN (MOST PROBABLE NUMBER) PADA AIR GALON
PENGUJIAN MPN (MOST PROBABLE NUMBER) PADA AIR GALON
Nama Anggota Kelompok :
| |
Tiara Rachmawati
|
1351810317
|
Lovina Lumban Gaol
|
1351810337
|
Windy Rachmadani
|
1351810348
|
Fadhiil Hisyam Putra
|
1351810352
|
Shindy Nasya Azhari
|
1351810355
|
Siti Munawaroh
|
1351810364
|
AKADEMI FARMASI SURABAYA
2019
BAB I
PENDAHULUAN
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Air
merupakan suatu sarana utama untuk meningkatkan derajat kesehatan masyarakat
karena air merupakan salah satu media dari berbagai macam penularan penyakit.
Air bersih adalah air yang jernih, tidak berwarna, tawar dan tidak berbau.
Sumber daya alam yaitu air, dapat diperoleh dari air permukaan meliputi air
sungai, danau, waduk, rawa dan genangan air lainya(M
Ridho Puryagustama, 2016).
Air merupakan kebutuhan yang paling dibutuhkan di dalam
kehidupan manusia. Air yang ada di alam bukanlah didapat sebagai air murni,
melainkan sebagai air yang mengandung bermacam-macam zat, baik yang terlarut
ataupun tersuspensi. Jenis dan jumlah zat tersebut tergantung dari kondisi
lingkungan sekitar sumbernya(M Ridho Puryagustama, 2016).
Air
merupakan materi esensial bagi kehidupan makhluk hidup, karena makhluk hidup
memerlukan air untuk mempertahankan kelangsungan hidupnya. Secara umum fungsi
air dalam tubuh setiap mikroorganisme adalah untuk melarutkan senyawa organik,
menstabilkan suhu tubuh dan melangsungkan berbagai reaksi kimia tingkat seluler(M
Ridho Puryagustama, 2016).
Pemeriksaan air secara mikrobiologi
sangat penting dilakukan karena air merupakan substansi yang sangat penting
dalam menunjang kehidupan mikroorganisme yang meliputi pemeriksaan secara
mikrobiologi baik secara kualitatif maupun kuantitatif dapat dipakai sebagai
pengukuran derajat pencemaran(M Ridho Puryagustama,
2016).
Uji kualitatif bakteri pada sampel air
minum secara lengkap terdiri dari tiga tahap yaitu uji dugaan (presumptive
test), uji penetapan (confirmed test), dan uji pelengkap (completed
test). Metode pengujian yang digunakan adalah metode Most Probable
Number (MPN) atau Jumlah Perkiraan Terbatas (JPT).
Analisis kuantitatif mikrobiologi pada
air minum penting dilakukan untuk mengetahui mutu air minum tersebut. Ada
beberapa cara yang dapat digunakan untuk menghitung atau mengukur jumlah jasad
renik dalam suatu suspensi, salah satunya adalah pemeriksaan adanya Coliform pada minuman dengan metode MPN (Most Probable Number).
1.2 Rumusan Masalah
Bagaimana mengetahui
kualitas air dengan metode MPN
1.3 Tujuan
Praktikum
ini bertujuan agar mahasiswa mampu mengetahui kualitas air minum secara
mikrobiologis dengan menggunakan metode MPN (Most Probable Number).
1.4 Manfaat
Mahasiswa
mampu melakukan identifikasi kualitas air minum dan mampu menerapkan metode MPN
(Most Probable Number) untuk mengetahui baik atau buruk kualitas air minum
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Metode MPN ( Most Probable
Number)
Jumlah
mikroorganisme dapat dihitung melalui beberapa cara, namun secara mendasar
dapat dikelompokkan menjadi dua yaitu perhitungan langsung dan tidak langsung.
Perhitungan secara langsung dapat mengetahui beberapa jumlah mikroorganisme
pada suatu bahan pada suatu saat tertentu tanpa memberikan perlakuan terlebih
dahulu, sedangkan jumlah organisme yang diketahui dari cara tidak langsung
terlebih dahulu harus memberikan perlakuan tertentu sebelum dilakukan
perhitungan. Perhitungan secara langsung, dapat dilakukan dengan beberapa cara
antara lain adalah dengan membuat preparat dari suatu bahan (preparat sederhana
diwarnai atau tidak diwarnai) dan penggunaan ruang hitung (counting chamber).
Sedangkan perhitungan cara tidak langsung hanya untuk mengetahui jumlah
mikroorganisme pada suatu bahan yang masih hidup saja (viable count). Dalam
pelaksanaannya, ada beberapa cara yaitu, perhitungan pada cawan petri (total plate
count/TPC), perhitungan melalui pengenceran, perhitungan jumlah terkecil atau
terdekat (Metode MPN) dan kalorimeter (cara kekeruhan atau turbidimetri).
Metode perhitungan MPN sering digunakan dalam pengamatan untuk menghitung
jumlah bakteri yang terdapat di dalam tanah seperti Nitrosomonas
danNitrobacter. Kedua jenis bakteri ini memegang peranan penting dalam
meningkatkan pertumbuhan dan produksi tanaman, sehubungan dengan kemampuannya
dalam mengikat N2 dari udara dan mengubah amonium menjadi nitrat (Suriawiria,
2005).
Metode MPN
merupakan salah satu metode perhitungan secara tidak langsung. Metode MPN
terdiri dari tiga tahap, yaitu uji pendugaan (presumptive test), uji konfirmasi
(confirmed test), dan uji kelengkapan (completed test). Dalam uji tahap
pertama, keberadaan Coliform masih dalam tingkat probabilitas rendah, masih
dalam dugaan (Suriawiria, 2005).
Dalam metode
MPN, pengenceran harus dilakukan lebih tinggi daripada pengenceran dalam
hitungan cawan, sehingga beberapa tabung larutan hasil pengenceran tersebut
mengandung satu sel jasad renik. Beberapa tabung mungkin mengandung lebih dari
satu sel, sedangkan tabung lainnya tidak mengandung sel. Dengan demikian
setelah inkubasi diharapkan terjadi pertumbuhan pada beberapa tabung yang
dinyatakan sebagai tabung positif sedang tabung lainnya negatif. Metode MPN
biasanya digunakan untuk menghitung jumlah mikroba di dalam contoh yang
berbentuk cair, meskipun dapat pula digunakan untuk contoh berbentuk padat
dengan melakukan pengenceran terlebih dahulu. Metode MPN merupakan uji deretan
tabung yang menyuburkan pertumbuhan Coliform sehingga diperoleh nilai untuk
menduga jumlahColiform dalam sampel yang diuji. Uji positif akan menghasilkan angka
indeks. Angka ini disesuaikan dengan tabel MPN untuk menentukan jumlah Coliform
dalam sampel (Adam, 2001).
Untuk metode
MPN (Most Probable Number) digunakan medium cair dalam wadah berupa tabung
reaksi, perhitungan di lakukan berdasarkan jumlah tabung yang positif yaitu
tabung yang mengalami perubahan pada mediumnya baik itu berupa perubahan warna
atau terbentuknya gelembung gas pada dasar tabung durham. Pada metode
perhitungan MPN ini digunakan bentuk tiga seri pengenceran, yang pertama 10-1,
10-2 dan 10-3. Kemudian dari hasil perubahan tersebut dicari nilai MPNnya pada
tabel nilai MPN, dan untuk jumlah bakterinya maka digunakan rumus (Cowan,
2004).
2.2 Air
Air merupakan
bahan esensial bagi hidupnya organisme, oleh karena itu air selalu penuh dengan
benda-benda hidup. Manusia dan makhluk-makhluk lain yang tidak hidup di dalam
air senantiasa mencari tempat-tempat tinggal dekat air supaya mudah mengambil
air untuk keperluan hidupnya, maka desa atau kota zaman dulu tumbuh di sekitar
sumber air, di tepi sungai, atau di tepi danau. Sesudah manusia lebih maju,
tempat tinggalnya tidak perlu dekat air dengan sumber jauh yang disalurkan
dengan pipa dan didistribusikan. Pentingnya air di dalam tubuh manusia,
berkisar antara 50%–70% dari seluruh total berat badan. Tulang manusia
mengandung air sebanyak 22% berat tulang, dalam darah dan ginjal sebanyak 83%.
Pentingnya air bagi kesehatan dapat dilihat dari jumlah air yang ada di dalam
organ, 80% dari darah terdiri atas air, dalam tulang mengandung 25%, sedangkan
dalam urat syaraf terdapat 75% air, dalam ginjal mengandung 80% air, dalam hati
70% air, dan otot 75% air. Kekurangan air menyebabkan penyakit batu ginjal dan
kandung kemih, karena terjadi kristalisasi unsur-unsur yang ada di dalam cairan
tubuh. Kehilangan air sebanyak 15% dari berat badan dapat mengakibatkan
kematian. Kebutuhan minum orang dewasa adalah minimum 1,5–2 liter air sehari
(Prescott, 2003).
Air merupakan
komponen esensial bagi kehidupan jasad hidup. Akan tetapi dapat juga merupakan
suatu substansi yang membawa malapetaka, karena air dapat membawa
mikroorganisme patogen dan zat-zat kimia yang bersifat racun .Banyaknya
kontaminan dalam air memerlukan standar tertentu untuk menjamin kebersihannya.
Air yang terkontaminasi oleh bakteri patogen saluran cerna sangat berbahaya
untuk diminum. Hal ini dapat dipastikan dengan penemuan organisme yang ada
dalam tinja manusia atau hewan dan yang tidak pernah terdapat bebas di alam.
Ada beberapa organisme yang termasuk kategori ini, yaitu bakteri Coliform
(Escherichia coli), Enterococcus faecalis,dan Clostridium. Di Indonesia,
bakteri indikator air terkontaminasi adalah Escherichia coli (Fardiaz, 2002).
BAB III
METODELOGI PENELITIAN
METODELOGI PENELITIAN
3.1
Waktu dan Tempat
Penelitian
dilaksanakan di Laboratorium Mikrobiologi Akademi Farmasi Surabaya pada hari
Selasa, 17 Desember 2019 pukul 08.00 – 11.20 WIB.
3.2
Alat
1.
Tisu
2.
Sendok stainless
3.
Kaca arloji
4.
Bunsen
5.
Batang pengaduk
6.
Erlemeyer
7.
Gelas ukur
8.
Sumbat
9.
Hot plate
10.
Perkamen
11.
Benang Bol
12.
Autoclav
13.
Rak tabung reaksi
14.
Tabung reaksi
15.
Pipet ukur
16.
Filler pump
17.
Plastik Wrap
18.
Beaker glass
19.
Inkubator
20.
Mikro pipet
21.
Blue tip
22.
Tabung durham
23.
Cawan petri
24.
Kawat ose
25.
Objek glass
26.
Cover glass
27.
Mikroskop
3.3
Bahan
1.
Alkohol 70%
2. Media Nutrient Broth
3. Media LB
4. Media BGLB
5. Media EMBA
6.
Aquadest
7.
Air Galon (Sampel)
8.
NaCl
9.
Kristal violet
10.
Lugol
11.
Alkohol
12.
Safranin
3.4 Metode
1. Tes
Pendugaan
1. Menyediaan 100 ml sampel air
galon yang akan diperiksa.
2. Menyiapkan juga 3 buah tabung
reaksi berisi 9 ml NB steril
3. Secara aseptik menginokulasikan
1 ml sampel air galon ke dalam tabung reaksi berisi 9ml NB steril dengan teknik
pengenceran mulai dari tabung 1 sampai tabung 3, beri label pengenceran 10-1,
10-2, dan 10-3
4. Lalu inkubasikan
dalam waktu 1x24 jam
5. Menyiapkan juga 9 buah
tabung reaksi berisi tabung Durham yang telah diisi 9 ml medium LB steril 9ml
lalu mengocok tabung tersebut sehingga tidak ada udara pada tabung durham.
6. Lalu beri label A1, A2, A3,
B1, B2, B3, C1, C2, dan C3. Memasukkan 1ml sampel pengenceran 10-1
ke dalam tabung A1, A2, A3. Memasukkan 1ml sampel pengenceran 10-2 ke dalam
tabung B1, B2, B3. Memasukkan 1 ml sampel pengenceran 10-3 ke dalam tabung C1,
C2, dan C3
7.
Menginkubasikan semua taung reaksi selama 1x24 jam. Jika
timbul gas dalam tabung Durham pada abagian dasar, maka melakukan tes
penegasan. Jika tidak ada gas, menunggu hingga 1x24 jam, berikutnya. Jika tetap tidak ada gas,
maka sampel air minum tersebut tidak perlu diperiksa lebih lanjut
2. Tes Penegasan
1. Menyiapkan juga 9 buah
tabung reaksi berisi tabung Durham yang telah diisi 9 ml medium BGLB steril 9ml
lalu mengocok tabung tersebut sehingga tidak ada udara pada tabung durham.
2. Melakukan inokulasi air
minum yang menghasilkan gas pada tes pendugaan. Memperlakukan seperti pada tes
pendugaan, yakni memasukkan LB A1, A2, A3 pada tabung reaksi yang berisi media
BGLB (Briliant Green Lactose Bile Broth) yang telah di beri label A1, A2, A3 juga. Begitu
seterusnya hingga C3 sebanyak 9 tabung reaksi 9ml.
3.
Memasukkan semua tabung reaksi tersebut ke dalam inkubator selama 1x24 jam. Jika terdapat gas
pada bagian dasar tabung Durham, berarti dalam sampel air minum terdapat
bakteri Coliform fekal. Jika tidak
ada gas, maka menunggu sampai 2x24 jam. Jika ada gas, berarti sampel air
tersebut mengandung bakteri Coliform
fekal.
4.
Menyiapkan 9 cawan petri berisi 15ml media EMBA
3. Tes Kepastian
1. Menginokulasikan 0,1 ml
sampel air minum dengan metode streak plate pada masing-masing tingkat
pengenceran yang telah di beri label pada 9 cawan petri dengan @3 pada medium EMBA,
kemudian inkubasikan selam 1x24 jam
2. Lalu mengamati koloni
bakteri yang tumbuh pada permukaan medium. Koloni.
3.
Menghitung jumlah koloni bakteri berdasarkan tingkat
pengenceran berdasarkan tabel indeks MPN
4.
Lalu amati di bawah mikroskop
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
HASIL DAN PEMBAHASAN
Pada
pengujian mengenai kualitas air, dilakukan tiga tahap pengujian. Tahap pertama
yaitu Uji Pendugaan dengan menggunakan medium LB. Uji pendugaan ini dilakukan
untuk mengetahui ada atau tidaknya mikroorganisme pada air dengan indicator ada
atau tidaknya gelembung pada medium dalam waktu 1x24 jam. Berdasarkan data yang
diperoleh dalam uji ini, diketahui terdapat eenam seri tabung yang tampak
adanya gelembung. Yaitu pada seri tabung A1, A2,B1, B2, C1 dan C2 dari 3 seri
tabung (A, B, dan C). Dimana A merupakan tingkat pengenceran pertama, B
merupakan tingkat pengenceran kedua, dan C merupakan tingkat pengenceran
ketiga). Dapat
diambil kesimpulan untuk uji pendugaan pada sampel air A1, A2,B1, B2, C1 dan C2
ditemukan mikroba yang mampu memfermentasiakan laktosa dimana bearti mikroba tersebut menghasilkan gas pada tabung Durham. Terbentuknya
gelembung gas dalam tabung Durham disebabkan karena adanya mikroba pembentuk
gas (Fardiaz S., 1992). Didukung oleh sumber lain bahwa timbulnya gas
disebabkan karena kemampuan bakteri coliform yang terdapat pada sampel air
dalam memfermentasikan laktosa dengan menghasilkan asam dan gas dalam waktu 24
jam (Pelczar dan Chan., 2006). Dengan demikian didapatkan nilai MPN tabel sebesar 31(indeks
MPN/100ml) pada media LB dan >=1898 pada media BGLB.
Tahap
kedua adalah uji kepastian. Dalam uji ini digunakan medium BGLB (Brilliant
Green Lactose Bile Broth). Menurut Dwijoseputro, hijau berlian yang terdapat
pada uji kepastian berguna untuk menghambat pertumbuhan bakteri Gram positif
dan menggiatkan pertumbuhan bakteri golongan kolon dengan melihat ada atau
tidaknya gas sebelum 24 jam berakhir. Dengan demikian hanya bakteri golongan
kolon saja yang dapat tumbuh di medium ini (Dwijoseputro, 2005). Setelah 1x24
jam didapatkan data yang diperoleh , diketahui bahwa dari ketiga seri tabung, semuanya
menunjukkan hasil positif. Padahal pada uji pendugaan, hasil positif
ditunjukkan oleh tabung A1, A2,B1, B2, C1 dan C2. Ketidak sesuaian hasil pada
uji pendugaan dengan uji kepastian mungkin disebabkan oleh pengamatan 1x24 jam
pada medium LB gelembung belum tampak/muncul sehingga seolah-olah uji pendugaan
pada tabung C menunjukkan hasil negatif.
Tahap
pengujian yang ketiga yakni pengujian dengan medium EMBA. Pengujian ini
dilakukan untuk mengetahui ada tidaknya bakteri E.coli pada sampel air yang diuji dengan melihat ada tidaknya
koloni E.coli berwarna hijau metalik.
Dari data yang kami peroleh mengenai uji ini diketahui bahwa pada sampel air
yang di uji ditemukan adanya E.coli.
Bakteri
coliform merupakan parameter mikrobiologis terpenting kualitas air minum.
Kelompok bakteri coliform terdiri atas Eschericia coli, Enterobacter aerogenes,
Citrobacter fruendii, dan bakteri lainnya. Meskipun jenis bakteri ini tidak
menimbulkan penyakit tertentu secara langsung, keberadaannya di dalam air
menunjukkan tingkat sanitasi rendah. Oleh karena itu, air yang akan dikonsumsi
harus bebas dari semua jenis coliform. Semakin tinggi tingkat kontaminasi
bakteri coliform, semakin tinggi pula risiko kehadiran bakteri-bakteri patogen
lain yang biasa hidup dalam kotoran manusia dan hewan (Fardiaz,1989).
Jenis
bakteri coliform tertentu, misalnya E. coli O:157:H7, bersifat patogen dan juga
dapat menyebabkan diare atau diare berdarah, kram perut, mual, dan rasa tidak
enak badan (Dad,2000).
4.1
Hasil Pengamatan Tabung
Reaksi Media LB dan BGLB secara Makroskopi
Total tabung = 9
LB
|
|||
3x10ml (-1)
|
3x10ml (-2)
|
3x10ml (-3)
|
Indeks MPN/100ml
|
2
|
2
|
2
|
31
|
BGLB
|
|||
3x10ml (-1)
|
3x10ml (-2)
|
3x10ml (-3)
|
Indeks MPN/100ml
|
3
|
3
|
3
|
>= 1898
|
4.2
Hasil Pengamatan Cawan Petri
EMBA secara Makroskopis
1.
Ukuran :
Sedang
2.
Bentuk :
Circular
3.
Elevasi :
Flat
4.
Margin :
Entrie
5.
Warna :
Hitam (dengan warna sekeliling hijau metalik (+E.coli))
4.3
Hasil Pengamatan Cawan Petri
EMBA secara Mikroskopis
No
|
Deskripsi
|
Gambar
|
1
|
Bentuk : Basil atau batang
Warna : Pink
Gram : Negatif
|
|
Tidak ada komentar:
Posting Komentar